Tuesday 12 February 2013

Teknik Mencari dan Menulis Berita: Teknik Mencari Berita

III. Teknik Mencari Berita

A. Secara Umum

Pertama, observasi (observation): pengamatan realitas oleh jurnalis baik secara langsung (participant observation) maupun tidak langsung (non participant observation). Misalnya, kasus luapan Lumpur Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Kalau yang pertama jurnalis tinggal dan hidup di sana berempati dan ikut merasakan penderitaan masyarakat korban bencana itu maka yang kedua jurnalis hanya sekedar bersimpati dan mencari informasi sebagai bahan berita.

Kedua, wawancara (interview): tanya jawab baik lisan maupun tulisan antara jurnalis (interviewer/information hunter) dengan nara sumber (interviewee/information supplier) yang terdiri dari (1). Man in the street interview adalah pengumpulan pendapat umum. Biasanya menyangkut suatu keadaan atau kebijakan baru. (2). Casual interview adalah wawancara mendadak yang sifatnya tidak resmi dengan nara sumber yang dianggap punya informasi berkaitan dengan berita yang akan dimuat. (3). Personal interview adalah wawancara untuk mengenal pribadi nara sumber berkaitan dengan reputasinya, kemanusiaannya dan kehidupannya yang unik. (4). Newspeg interview adalah wawancara dengan nara sumber yang berkaitan langsung dengan berita yang akan diterbitkan atau disiarkan. (5). Telephone interview adalah wawancara telepon yang membutuhkan keberanian jurnalis dan kesediaan nara sumber. (6). Question interview adalah wawancara tertulis sebagai jalan terakhir apabila segala cara sudah ditempuh untuk menggali informasi dari nara sumber. (7). Group interview adalah wawancara dengan beberapa nara sumber sekaligus dalam saat bersamaan untuk membahas suatu persoalan atau implikasi dari suatu kebijakan.

Ketiga, cover up: sejenis wawancara juga. Tetapi lebih dimaksudkan untuk menyusun suatu laporan. Serta dilengkapi dengan dampak dan pengaruh yang mungkin timbul dari suatu masalah yang menyangkut kepentingan masyarakat.
Keempat, press release: siaran pers yang dikeluarkan oleh suatu organisasi secara tertulis untuk jurnalis. Tetapi tidak ada tanya jawab bila informasi itu dirasa kurang lengkap. Inilah yang membedakannya dengan konferensi pers (press conference) (Basuki, 1983).
 

B. Kontak Resmi Pers (Formal Press Contact)

Pertama, konferensi pers (press conference): biasanya bernuansa pengenalan (awareness aspect), saling mengerti dan menghargai (mutual understanding and appreciation aspect) dan meluruskan suatu berita negatif (make something to clear and objective) antara juranlis dengan nara sumber.

Kedua, wisata pers (press tour): jurnalis dari berbagai media massa yang telah dikenal baik oleh nara sumber berkunjung ke suatu event atau peninjauan ke luar kota. Bahkan ke luar negeri selama lebih dari satu hari untuk meliput kegiatan yang diadakan oleh nara sumber. Biasanya berbentuk laporan langsung (on the spot news).

Ketiga, resepsi pers (press reception) dan jamuan pers (press gathering): resepsi baik formal maupun informal seperti ulang tahun, pernikahan, acara keagamaan , olah raga dll yang disisipi dengan pemberian keterangan oleh pihak pengundang atau nara sumber.

Keempat, taklimat pers (press briefing): jumpa pers resmi yang diselenggarakan secara periodik awal atau akhir bulan atau tahun. Mirip diskusi dengan saling memberikan masukan yang penting bagi kedua belah pihak, jurnalis dan nara sumber. Di samping itu pihak jurnalis diberikan kesempatan untuk menggali informasi seluas-luasnya agar tidak merugikan nara sumber apabila terjadi salah kutip ketika informasi itu sudah menjadi produk jurnalistik.

C. Kontak Tidak Resmi Pers (Informal Press Contact)

Pertama, keterangan pers (press statement): dilakukan oleh nara sumber tanpa ada undangan resmi. Bahkan cukup via telepon yang jika kurang hati-hati bisa menimbulkan sisi negatif berupa polemik.

Kedua, wawancara pers (press interview): berbeda dengan yang sebelumnya, inisiatif datang pihak jurnalis melalui perjanjian atau konfirmasi dulu dengan nara sumber.

Ketiga, jamuan pers (press gathering): berbeda dengan sebelumnya, sifatnya hanya untuk menjaga hubungan silaturrahmi bagi kedua belah pihak, jurnalis dan nara sumber di luar tugas fungsionalnya masing-masing yang disisipi dengan pemberian keterangan pers oleh nara sumber (Ruslan, 2001).

sumber: http://fisip8.wordpress.com/2009/10/25/teknik-mencari-dan-menulis-berita/

No comments:

Post a Comment